Selamat Datang di LasLar

LasLar merupakan channel yang membahas mengenai Kelas Belajar yang praktis, menarik dan bermanfaat.

Find Out More Watch Out More

LasLar bersama Retno Nursyamsu

Belajar Vlog

Berisi perjalanan vlog hingga menjadi vlog yang menarik untuk ditonton

Watch More

Belajar Blog

Berisi tulisan-tulisan menarik dalam berkarir

Read More

Portofolio

Berisi hasil karya multimedia selama berkarir

Watch More

Belajar Sosialisasi

berisi kegiatan tatap muka dan tatap maya sebagai guru selama berkarir.

Read More

Postingan Terkini

Selasa, 18 April 2023

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd.


“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
- Bob Talbert -

Guru mengajarkan murid berhitung merupakan suatu hal kehebatan tetapi saat guru mengajarkan anak untuk mengerti apa yang berharga dan utama adalah yang terbaik. Mengajarkan berhitung memang membutuhkan waktu tetapi mengajarkan mengerti pada etika adalah hal utama dan berharga. Etika akan menjadikan dasar dalam pengambilan keputusan karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain nilai kebajikan, dasar dari pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid, berkolaborasi dan bertanggung jawab untuk menemukan solusi permasalahan dari pengambilan keputusan.

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya berpikir berbasis hasil akhir, peraturan dan rasa peduli. Ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Apapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai maka kita akan mengambil keputusan yang lebih adil, bijaksana dan berpihak pada murid sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan sekitar.

Sebagai pemimpin pembelajaran selalu berkontribusi dalam segala kasus yang terjadi di lingkungan sekolah dengan memberikan teladan kepada murid cara-cara pengambilan keputusan yang adil, arif, tidak subyektif dan bijaksana. Tentunya dengan dasar pengambilan keputusan yang berpihak pada murid dengan nilai-nilai kebajikan dan tanggung jawab.

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Dengan beretika maka segala perilaku akan sesuai dengan norma, nilai dan hukum yang berlaku sehingga dengan berperilaku etis sesuai dengan etika dalam pendidikan maka akan mempermudah dalam proses pembelajaran maupun pengambilan keputusan.


Pada koneksi antar materi kali ini CGP Angkatan 7 menarik kesimpulan, berefleksi mengaitkan materi-materi yang sudah dipelajari pada modul 3.1 ataupun kaitannya dengan materi di modul sebelumnya. Adapun pertanyaan panduan yang dapat membantu CGP merangkum pemahaman memaparkan kesimpulan pembelajaran antara lain: 


Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin menurut filosofi Ki Hajar Dewantara dikenal dengan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarsa Sung tuladha, ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut diterjemahkan menjadi “di depan memberi teladan”, “di tengah membangun motivasi”, dan “di belakang memberikan dukungan”.

Ing ngarsa sung tuladha artinya di depan mampu memberikan teladan yang memiliki makna bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sebaiknya penuh dengan analisis dan berbagai pertimbangan. Hal ini disebabkan keputusan yang akan dibuatnya akan dijadikan contoh bagi muridnya di kelas maupun di sekolah.

Ing madya mangun karsa artinya di tengah membangun motivasi memiliki makna bahwa kemauan atau semangat dalam pengambilan keputusan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya bisa mempertimbangkan dan memberikan kartu kemauan dan semangat bagi murid-muridnya. Sedangkan Tut Wuri Handayani yaitu di belakang memberikan dukungan, maknanya adalah dari belakang keputusan yang diambil seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran hendaknya mampu memberikan dukungan fisik dan dukungan moral kepada murid-murid di sekolahnya.


Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang ada dalam diri tentu saja berpengaruh kepada prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang akan diambil. Nilai kebajikan universal merupakan nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang guru untuk keteladanan yang baik bagi murid-muridnya. Nilai kebajikan tersebut diantaranya adalah sikap kolaboratif yang sangat diperlukan pada saat pengambilan keputusan.  Tidak boleh berat sebelah dalam pengambilan keputusan, harus dikomunikasikan dan dikoordinasikan.

Selain kolaboratif, seorang guru juga perlu nilai inovatif dan kreatif dalam pengambilan keputusan agar lebih mudah menelaah nilai-nilai kebajikan yang bertentangan. Dengan menjadi guru yang inovatif akan memunculkan ide-ide baru yang tepat guna dalam pemecahan berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan.

Nilai selanjutnya adalah kemandirian, seorang guru yang mandiri akan memiliki inisiatif sendiri untuk mendorong pribadinya memiliki prakarsa perubahan.  Sehingga dalam pengambilan keputusan lebih menitik beratkan kepada kemaslahatan dan kebaikan maupun keterimaan semua pihak.  Sikap reflektif juga seharusnya dimiliki dalam setiap pengambilan keputusan karena sikap ini merupakan bagian dalam memperbaiki setiap pengambilan keputusan dan pengalaman lampau agar menjadi guru terbaik untuk pengalaman yang akan datang.

Ketika seorang guru sudah kehilangan idealisme dan mengutamakan kepentingan pribadi atau seorang guru sudah bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan maka dalam pengambilan keputusan bukan tidak mungkin sebagai pemimpin pembelajaran. Guru lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan dengan tanggung jawab sebagai seorang guru. Namun jika seorang guru tetap memegang teguh dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya kepada agama yang dianut maka ketika pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran guru tetap akan berpegang teguh pada keyakinan karena ia tahu semua keputusan itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

Kesadaran sosial emosional juga tidak kalah penting dalam membangun relasi di sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Dengan kesadaran ini seorang guru akan memiliki kecerdasan intrapersonal dan kepekaan dalam memandang suatu masalah sehingga dalam setiap pengambilan keputusan Ia tidak hanya melihat dari cara pandangnya sendiri tetapi juga dari cara pandang orang lain. Nilai baik yang perlu saya perbaiki dan kembangkan pada diri saya yaitu berpikir kritis menilai sesuatu, berkolaborasi menyelesaikan masalah dan merefleksi keputusan itu kembali. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan apakah menggunakan berpikir berbasis rasa peduli, hasil akhir, dan berpikir berbasis peraturan.


Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambilApakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebutHal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pendampingan yang diberikan pendamping pada kegiatan coaching tentu saja sangat membantu guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan. Pada percakapan coaching, guru berperan sebagai coachee yang mampu mengeksplor berbagai solusi yang optimal serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Tentunya hal ini akan berimbas pada hasil keputusan yang berpihak pada murid dengan tetap mengoptimalkan potensi yang ada pada murid.

Kegiatan coaching dapat membantu saya dalam memandu pengambilan keputusan dan bahkan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika maupun bujukan moral. Dengan sikap kemitraan berpikir terbuka, mendengarkan aktif, akan dapat membantu saya dalam menentukan siapa yang terlibat dalam sebuah situasi, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, melakukan uji benar salah sehingga saya akan dapat menentukan paradigma mana yang terjadi dalam situasi yang sedang dihadapi selanjutnya akan memudahkan dalam mengambil sebuah keputusan yang lebih akurat dan bisa diterima oleh semua pihak.


Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara kesadaran penuh (mindfullness), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Pengelolaan dan kesadaran emosional guru akan membuatnya memiliki kesadaran diri dan manajemen diri yang lebih baik. Dengan manajemen diri yang baik, guru dapat lebih tenang dalam menganalisis permasalahan yang sedang dihadapi. Ketenangan tersebut memudahkan guru lebih akurat dalam menentukan pengambilan keputusan sedangkan kesadaran sosial menjadikan guru akan memiliki kecerdasan intrapersonal yang baik dalam hubungannya dengan pihak-pihak yang terlibat. Sehingga dalam pengambilan keputusan, ia lebih mudah melakukan komunikasi dan koordinasi dan memperbanyak alternatif pemecahan masalah, memperbanyak tindakan kreatif, tentunya lebih mengedepankan musyawarah, dan dengan pemikiran yang lebih terbuka.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai-nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari pemimpin pembelajaran yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat adalah yang telah lolos berbagai uji benar atau salah, seperti uji legal standar profesional, uji intuisi uji publikasi, dan uji panutan atau idola. selanjutnya pengambilan keputusan yang tepat tersebut telah teridentifikasi pengujian paradigma dan relevan dengan berbagai situasi yang ada serta kecil resiko dalam membahayakan atau merugikan pihak yang sedang menghadapi situasi atau masalah tersebut. Sekaligus memiliki hasil akhir yang sahih, tidak bertentangan dengan aturan dan masih mementingkan kepedulian, dan hak orang yang menghadapi kesulitan.

Pertimbangan itu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang lebih positif, kondusif aman, dan nyaman meskipun sesungguhnya tidak ada keputusan yang benar-benar akurat karena terkadang sudah sesuai aturan tapi sulit untuk dijalankan. Terkadang hasil akhirnya bagus tetapi ada pihak yang sedikit dirugikan atau bahkan memberikan kepedulian yang lebih tetapi kurang bersikap adil.  Sehingga keputusan yang tepat tersebut sesungguhnya keputusan yang telah disepakati bersama dengan berpegang teguh kepada nilai-nilai kebajikan universal.


Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika diantaranya adalah sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama,  sehingga jika peraturan tegas diterapkan maka seolah terlalu mengedepankan ego dan kurang memiliki kepedulian atau kesetiaan terhadap sesama. Sehingga kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan,  jika seseorang melaksanakan peraturan dengan tegas maka lingkungan tidak akan mudah menerima sehingga memunculkan paradigma baru bahwa toleransi dan kepedulian lebih tinggi dari pada mentaati peraturan yang lebih tegas.


Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Merdeka belajar adalah tujuan akhir dari belajar kita. Merdeka belajar berarti murid bebas mewujudkan kodratnya (mengembangkan potensinya) dengan tetap menyesuaikan diri dengan kodrat zamannya, tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Murid juga dapat mencapai kebahagiaan sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga keputusan tetap dibuat dengan mengacu pada kebahagiaan dan potensi yang dimiliki murid yaitu strategi pembelajaran berdiferensiasi dan KSE.


Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti.

Guru adalah pemimpin dalam pembelajaran dan juga diibaratkan sebagai pembimbing. Pembimbing diibaratkan sebagai petani yang menabur benih. Benih ini dapat tumbuh subur jika dirawat dengan baik. Seperti murid, guru memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi siswa, seperti petani menabur benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru tetap mempengaruhi masa depan murid. Guru yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik. 


Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah:

  • Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
  • Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila.
  • Dalam perjalanannya menuju profil pelajar Pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Berdasarkan yang sudah saya pelajari di modul 3.1, saya mampu membedakan antara diema etika dan bujukkan moral. dilema etika merupakan situasi dimana terjadi sementara dua kebenaran atau benar vs benar, dimana situasi dan situasi dimana terjadi benar-benar sebaliknya, sehingga saya menyadari benang merah antara keduanya. Hal yang tidak terduga adalah pada saat saya mempelajari dilema etika, saya merasa terjebak dalam menentukan sebuah kasus antara bujukan moral dan dilema etika, malahan ada kasus diema etika yang saya kategorikan bujukan moral, sehingga saya merasa keputusan saya selama ini buat sebelum mempelajari modul ini cenderung kaku atau hanya berdasarkan peraturan sehingga saya merasa untuk melenceng dari aturan itu sulit.

Ketika mempelajari dilema etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk kemaslahatan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan dalam pengambilan yang berhubungan dengan keputusan etika hal penting dilakukan. Begitu pula 9 pengambilan keputusan dalam pengambilan keputusan adalah langkah yang sangat runut dan terarah yang sangat berguna dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang saya ambil.

Empat paradigma pengambilan keputusan yaitu:

• Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)

• Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)

• Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

• Jangka pendek jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)

Pentingnya mengidentifikasi betul paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman bahwa situasi yang saya hadapi betul tentang antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting. Saya juga sudah memahami tentang tiga prinsip pengambilan keputusan yang terdiri atas 3 prinsip yaitu

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)

Konsep lain yang sangat penting adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya merasa langkah ini sangat penting untuk memantapkan keputusan yang saya ambil, jika saya sudah melakukan 9 uji ini maka saya bisa memastikan keputusan ini efektif. Menurut saya, 9 langkah ini sangat detail dan terstruktur dan juga memudahkan dalam pengambilan keputusan karena runut dan terpola dengan baik 9 langkah tersebut adalah:

Langkah 1 : Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:

1. Uji legal

Tentang aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, keputusan yang berhubungan dengan moral.

2. Uji Regulasi/Standar Profesional

Berhubungan dengan pelanggaran atau kode etik.

3. Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini berlawanan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini.

4. Uji Publikasi

Apa yang akan saya dapatkan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Bila merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar saya sedang menghadapi tantangan moral atau benar-benar lawan salah.

5. Uji Panutan/Idola

Diajak membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan, misalnya seorang ibu. yakin di sini fokusnya tertuju pada ibu, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang mencintai dan orang yang sangat berarti pada kehidupan sehari-hari.

Langkah 5 : Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

Prioritas sangat penting karena, ini bukan hanya sebuah permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti yang kebajikan sama-sama penting.

Langkah 6 : melakukan Prinsip Resolusi , yang terdiri dari 3 prinsip berpikir:

• Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

• Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

• Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)

Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. kadang-kadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikirkan sebelumnya yang bisa muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.

Langkah 8 : Buat Keputusan

Langkah 9 : Tinjau lagi keputusan dan refleksikan


Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema namun sebelumnya saya tidak mengetahui adanya tahapan dalam pengujian dan pengambilan keputusan sehingga keputusan langsung diambil tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang mungkin terjadi. Saat mempelajari modul ini, ternyata sebelum mengambil keputusan perlu adanya penentuan paradigma, prinsip dan menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terlebih dahulu dengan dasar nilai-nilai kebajikan, melakukan tindakan kolaboratif, berpihak pada murid dan bertanggung jawab.


Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep ini sangat berdampak besar bagi saya terutama berkaitan dengan cara pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak menggunakan langkah-langkah apapun. Dengan mempelajari modul 3.1 ini, sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran, saya merasa lebih berdaya untuk membuat keputusan berdasarkan dilema moral atau bujukan moral. Dengan demikian keputusan yang diambil dapat dijelaskan dan tidak salah langkah serta tidak merugikan orang lain. Selain itu, saya harus memiliki keterampilan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang baik dan mampu melakukan tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan mereka yang berkuasa atau pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.


Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting mempelajari modul ini baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin karena modul 3.1 sangat membantu saya mengambil keputusan dalam situasi dilema etika. Dalam materi ini saya diharapakan dapat belajar dalam menganalisis sebuah situasi dilema etika atau bujukan moral yang saya hadapi. Sebagai seorang guru atau pemimpin pembelajaran, saya sekarang dapat membuat keputusan yang baik dan efektif serta menghindari keputusan yang ceroboh/berbahaya bagi banyak orang.

Sebelum mendapatkan pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa banyak hal dan keputusan yang dibuat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Tetapi sekarang saya memiliki lebih banyak bantuan dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri untuk menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan untuk memutuskan semua dilema etika dan kasus bujukan moral. Saya merasa lebih percaya diri membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan modul 3.1 dengan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran.

Kamis, 23 Februari 2023

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Koneksi Antar Materi Modul 2.1

Oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd.

Untuk memenuhi kebutuhan murid di kelas, seorang guru perlu merancang pembelajaran berdiferensiasi. Lalu apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi itu dan bagaimana seorang guru melakukan pembelajaran ini di kelas?

Menurut Tomlinson (2001:45)

  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Penjelasan elaborasi pemahaman oleh instruktur Ibu Iswatun Khoiriah

Jadi pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran untuk mendukung semua murid di kelas kita. Artinya Setiap anak memiliki hak yang sama untuk kita bantu dan dukung supaya mereka belajar. Jangan sampai, seorang anak yang masih membutuhkan perhatian untuk belajar lebih banyak, kita tinggalkan dan jangan sampai anak-anak yang seharusnya berlari cepat, kita abaikan. Jadi guru perlu memberikan fasilitas!

Dalam penjabarannya, kata pembelajaran adalah transfer of knowledge menjadikan siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan yaitu konten yang mencakup diantaranya adalah kurikulum, capaian pembelajaran, indikator dan bagaimana tujuan pembelajaran sudah tercapai dalam asesmennya  dan didefinisikan secara jelas. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut tidak jelas tujuannya maka kegiatan tersebut tidak bisa disebut dengan pembelajaran.

Selanjutnya, kata berdiferensiasi memiliki arti berbeda-beda yaitu berfokus pada kebutuhan muridnya, bagaimana kesiapan (cepat lambat, konkret-abstrak, sederhana-kompleks, mandiri-bantuan), minat, dan profil belajar murid (gaya, kecerdasan, latar belakang dll).

Sekarang kita dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memadukan tujuan pembelajaran bisa dicapai sesuai kebutuhan belajar murid. Jadi, guru perlu membuat keputusan-keputusan masuk akal support system yang bisa menyatukan pencapaian dan kebutuhan murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar, melakukan manajemen kelas yang efektif, dan melakukan penilaian secara berkelanjutan.

kesimpulan pembelajaran berdiferensiasi yang disampaikan oleh instruktur

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan pada kelas dengan cara Five common sense (5 keputusan yang masuk akal) diantaranya:


1. Tujuan pembelajaran

Guru harus paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar dapat menentukan bagaimana ia dapat membantu murid-murid untuk mencapainya. Artinya tujuan pembelajaran harus jelas dan guru tidak boleh ditengah-tengah pembelajaran mengganti tujuan pembelajaran tersebut. Guru harus mendorong agar anak dapat menemukan cara supaya bisa mencapai tujuan pembelajaran, maka dari itu tujuan pembelajaran harus jelas dan sesuai tingkat dan fasenya masing-masing. Bagaimana cara mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan? menyusun tujuan pembelajaran dengan jelas itulah kornya pembelajaran berdiferensiasi karena murid kemampuannya berbeda-beda.

Common sense 1. Tujuan pembelajaran

2. Mengetahui dan merespon kebutuhan belajar murid

Kesiapan belajar didefinisikan sebagai "di mana siswa berada dalam hal pemahaman atau keterampilan" (Tomlinson, 1999) Mendiferensiasi pembelajaran berdasarkan tingkat kesiapan belajar murid mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan apa yang telah murid katahui dan di mana murid berada (Tomlinson, 2001)

Dalam merespon kebutuhan belajar murid, jangan sampai salah konsep dengan mendeskriminasikan mereka. Berkaitan dengan memenuhi kebutuhan belajar murid, guru harus memahami tiga aspek berikut ini:

1.   Kesiapan Belajar Murid atau Readiness

Kesiapan belajar mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan apa yang telah murid ketahui dan di mana murid berada.

2.  Minat Murid

Minat setiap anak pasti berbeda-beda, minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3.  Profil Belajar Murid

   Profil belajar murid berkaitan dengan lingkungan, budaya, gaya belajar, dan kecerdasan majemuk yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya.

Kebutuhan belajar murid dapat diidentifikasi berdasarkan cara-cara berikut ini:

1.      Mengamati perilaku murid-murid

2.      Mengidentifikasi pengetahuan awal

3.      Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran

4.      Berbicara dengan guru murid sebelumnya

5.      Membaca raport murid di kelas sebelumnya

6.      Menggunakan berbagai penilaian formatif dan diagnostik


3. Lingkungan belajar yang mengundang untuk belajar

Bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar itu? dengan melakukan diferensiasi pada strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Namun ketika merencanakan bukan berarti ketiga-tiganya harus dilakukan bersama-sama, bisa melakukan salah satu atau juga ketiganya yang penting tujuan pembelajaran tercapai.

Pertimbangan utamanya haruslah tentang sejauh mana diferensiasi yang kita pilih tersebut dapat memenuhi kebutuhan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan bukan sekedar memuaskan ceklis penerapan atas ketiganya.


Strategi untuk mendiferensiasi pembelajaran bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1.     Diferensiasi konten

Berkaitan dengan apa yang kita ajarkan seperti materi konsep atau keterampilan yang perlu dipelajari berdasarkan kurikulum. mendiferensiasi konten bisa dilakukan dengan membedakan pengorganisasian atau format penyampaiannya, bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum.

2.     Diferensiasi proses

Diferensiasi proses berupa kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten dengan cara membedakan proses yang harus dijalani oleh murid.

3.  Diferensiasi produk diferensiasi produk berupa bukti yang menunjukkan, apa yang murid telah pahami dengan cara membedakan atau memodifikasi produk sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan dan pengembangan apa yang telah dipelajari.


4. Manajemen kelas efektif

Prosedur efektifitas bisa fleksibel namun strukturnya harus jelas sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan dengan efektif. Contoh dengan kegiatan menonton video harus ada panduan-panduan kegiatan yang harus dilakukan oleh murid.


5. Penilaian Berkelanjutan

Penilaian harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan memegang peranan yang sangat penting karena penilaian dilakukan sepanjang proses pembelajaran karena menentukan efektif atau tidaknya pembelajaran.


Praktik pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada penilaian. Penilaian formatif memungkinkan guru untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Oleh karena itu, mereka dapat membuat keputusan terbaik demi menantang murid dengan tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran.


Memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi memiliki keterkaitan  dengan filosofi Ki hadjar dewantara yang menyatakan "serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik. Bedanya, guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."


Untuk dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi maka guru harus berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak sesuai dengan kodrat alam dan juga kodrat zaman berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Seorang guru penggerak harus berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan juga inovatif untuk dapat menciptakan pembelajaran pembelajaran berdiferensiasi agar dapat memenuhi kebutuhan murid. Dengan demikian seorang guru penggerak dapat mewujudkan kepemimpinan murid dengan menuntun murid merdeka belajar. Hal ini sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak. Selanjutnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan visi guru penggerak yang berpihak pada murid.  dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi antara guru dan murid harus ada kesepakatan kelas terlebih dahulu agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan nilai-nilai budaya positif. 

Materi modul 2.1 memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dapat diperoleh di sini.


Selasa, 07 Februari 2023

LAPORAN PENDAMPINGAN INDIVIDU KE-2 HASIL DISKUSI DAN REFLEKSI VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN SDN 1 TEMULUS

  


KEGIATAN DISKUSI DAN HASIL RESUME

 

A.     Pembukaan

Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Februari 2023 di ruang kelas 4 SDN 1 Temulus Kec. Randublatung dan dimulai pukul 09.00 – 11.00 WIB kemudian dibuka oleh Pengajar Praktik yaitu Bapak Eko Riyanto, S.Pd., M.Pd. Beliau membuka kegiatan diskusi sekaligus mohon ijin dalam pendampingan individu ke-2 calon guru penggerak kepada Bapak Kepala Sekolah dan Ibu/Bapak Guru di SDN 1 Temulus.

 

B.     Penyampaian diskusi oleh CGP  

Dipandu oleh Retno Nursyamsu, S.Pd. sebagai CGP Angkatan 7 dari SDN 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penyampaian diskusi ini bertujuan untuk mendiskusikan cita-cita/visi warga sekolah terhadap murid di masa yang akan datang.

 

C.    Kegiatan Diskusi

1. CGP membuka diskusi dan menyampaikan agenda kegiatan diskusi 





 2. CGP membuka diskusi dengan tujuan diskusi dilanjutkan dengan ice breaking dan menampilkan video bernard yang berjudul “Ice Climbing”. Kemudian peserta diskusi memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang diperoleh dari video tersebut

 

 

3.   CGP mengajak peserta diskusi untuk merumuskan kalimat rumpang cita-cita untuk murid dengan melihat visi SDN 1 Temulus

Peserta diskusi menuliskannya di sticky note dan ditempelkan pada papan tulis murid impian di masa depan dengan meneruskan kalimat rumpang. Ibu/Bapak guru menyampaikan satu persatu kalimat rumpang cita-cita untuk murid yang akan menjadi dasar dalam menyusun visi bersama.

 

4.  CGP mengajak peserta diskusi untuk menyimpulkan visi SDN 1 Temulus apakah sudah sesuai dengan cita-cita murid.

 


                  Hasil diskusi:

Visi di SDN 1 Temulus adalah:

Mewujudkan warga sekolah yang berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa.

Berdasarkan hasil diskusi bahwa visi sekolah kami masih ada beberapa yang perlu disempurnakan dengan tujuan pendidikan yang berpihak pada murid dan sesuai dengan cita-cita murid yang diharapkan oleh Ibu/Bapak Guru.

Visi CGP adalah:

Cerdas berkarakter Pancasila dan berkompetensi global.

 

5.     CGP mengajak peserta diskusi untuk mengidentifikasi prilaku yang mencerminkan visi SDN 1 Temulus apakah sudah selaras dengan cita-cita untuk murid dan sesuai dengan profil pelajar pancasila?







 Hasil diskusi :

            A.   VISI

Terwujudnya warga sekolah berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa memiliki produktivitas menuju profil pelajar Pancasila

6.       CGP mengajak diskusi mengenai inisiatif perubahan yang dapat dilakukan di sekolah.




Hasil diskusi:

Ada beberapa inisiatif perubahan, kolaborasi, bentuk kegiatan dan langkah kongkret yang akan mendorong perkembangan diri murid dari segala potensi yang dimiliki:


CGP memaparkan prakarsa Perubahan kepada peserta diskusi

“Mengembangkan keterampilan membaca yang dapat meningkatkan budaya literasi dan numerasi anak.”

A.    Prakarsa Perubahan

“Mengembangkan keterampilan peserta didik melalui potensi yang dapat meningkatkan disiplin positif sehingga lebih bertanggung jawab.”

 

7.      CGP merefleksi dan menyimpulkan hasil diskusi visi dan prakarsa perubahan SDN 1 Temulus




Kesimpulan:

A.    Visi:

Terwujudnya warga sekolah berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa memiliki produktivitas menuju profil pelajar Pancasila.”

B.     Prakarsa Perubahan:

“Mengembangkan keterampilan peserta didik melalui potensi yang dapat meningkatkan disiplin positif sehingga lebih bertanggung jawab.”

 

 

D.  Penutup

Pengajar Praktik memberikan refleksi dan penguatan terhadap proses diskusi bahwa CGP telah belajar membuat visinya sebagai pendidik dan harapannya sebagai dasar untuk mengembangkan visi sekolah yang berpihak kepada murid dan diskusi ini merupakan bagian dari proses belajar CGP untuk memfasilitasi visi atau cita-cita SDN 1 Temulus untuk murid Bersama rekan sejawat dan kepala sekolah, kemudian pengajar praktik menutup diskusi.



LAMPIRAN DOKUMENTASI PENDAMPINGAN INDIVIDU-2

 

Pembukaan dan orientasi pendampingan


Diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah







Foto Bersama


Blog kami

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Partner

Rumah Belajar
TV Edukasi
Suara Edukasi
Radio Edukasi

Kontak saya

Hubungi saya

Ingin berkonsultasi mengenai kelas belajar yang tepat, silahkan hubungi saya di alamat dan no WA berikut

Alamat:

Jl. Perguruan No. 25A Randublatung Blora Jawa Tengah

Bimbel LasLar:

Senin - Kamis Pukul. 13.00 - 14.30

WhatsApp:

082226995498

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 Oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berha...

Pengikut

Pengikut

/* script Youtube Responsive */