Selamat Datang di LasLar

LasLar merupakan channel yang membahas mengenai Kelas Belajar yang praktis, menarik dan bermanfaat.

Find Out More Watch Out More

LasLar bersama Retno Nursyamsu

Belajar Vlog

Berisi perjalanan vlog hingga menjadi vlog yang menarik untuk ditonton

Watch More

Belajar Blog

Berisi tulisan-tulisan menarik dalam berkarir

Read More

Portofolio

Berisi hasil karya multimedia selama berkarir

Watch More

Belajar Sosialisasi

berisi kegiatan tatap muka dan tatap maya sebagai guru selama berkarir.

Read More

Postingan Terkini

Kamis, 23 Februari 2023

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Koneksi Antar Materi Modul 2.1

Oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd.

Untuk memenuhi kebutuhan murid di kelas, seorang guru perlu merancang pembelajaran berdiferensiasi. Lalu apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi itu dan bagaimana seorang guru melakukan pembelajaran ini di kelas?

Menurut Tomlinson (2001:45)

  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

  • Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Penjelasan elaborasi pemahaman oleh instruktur Ibu Iswatun Khoiriah

Jadi pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran untuk mendukung semua murid di kelas kita. Artinya Setiap anak memiliki hak yang sama untuk kita bantu dan dukung supaya mereka belajar. Jangan sampai, seorang anak yang masih membutuhkan perhatian untuk belajar lebih banyak, kita tinggalkan dan jangan sampai anak-anak yang seharusnya berlari cepat, kita abaikan. Jadi guru perlu memberikan fasilitas!

Dalam penjabarannya, kata pembelajaran adalah transfer of knowledge menjadikan siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang disyaratkan yaitu konten yang mencakup diantaranya adalah kurikulum, capaian pembelajaran, indikator dan bagaimana tujuan pembelajaran sudah tercapai dalam asesmennya  dan didefinisikan secara jelas. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut tidak jelas tujuannya maka kegiatan tersebut tidak bisa disebut dengan pembelajaran.

Selanjutnya, kata berdiferensiasi memiliki arti berbeda-beda yaitu berfokus pada kebutuhan muridnya, bagaimana kesiapan (cepat lambat, konkret-abstrak, sederhana-kompleks, mandiri-bantuan), minat, dan profil belajar murid (gaya, kecerdasan, latar belakang dll).

Sekarang kita dapat menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memadukan tujuan pembelajaran bisa dicapai sesuai kebutuhan belajar murid. Jadi, guru perlu membuat keputusan-keputusan masuk akal support system yang bisa menyatukan pencapaian dan kebutuhan murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar, melakukan manajemen kelas yang efektif, dan melakukan penilaian secara berkelanjutan.

kesimpulan pembelajaran berdiferensiasi yang disampaikan oleh instruktur

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan pada kelas dengan cara Five common sense (5 keputusan yang masuk akal) diantaranya:


1. Tujuan pembelajaran

Guru harus paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar dapat menentukan bagaimana ia dapat membantu murid-murid untuk mencapainya. Artinya tujuan pembelajaran harus jelas dan guru tidak boleh ditengah-tengah pembelajaran mengganti tujuan pembelajaran tersebut. Guru harus mendorong agar anak dapat menemukan cara supaya bisa mencapai tujuan pembelajaran, maka dari itu tujuan pembelajaran harus jelas dan sesuai tingkat dan fasenya masing-masing. Bagaimana cara mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan? menyusun tujuan pembelajaran dengan jelas itulah kornya pembelajaran berdiferensiasi karena murid kemampuannya berbeda-beda.

Common sense 1. Tujuan pembelajaran

2. Mengetahui dan merespon kebutuhan belajar murid

Kesiapan belajar didefinisikan sebagai "di mana siswa berada dalam hal pemahaman atau keterampilan" (Tomlinson, 1999) Mendiferensiasi pembelajaran berdasarkan tingkat kesiapan belajar murid mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan apa yang telah murid katahui dan di mana murid berada (Tomlinson, 2001)

Dalam merespon kebutuhan belajar murid, jangan sampai salah konsep dengan mendeskriminasikan mereka. Berkaitan dengan memenuhi kebutuhan belajar murid, guru harus memahami tiga aspek berikut ini:

1.   Kesiapan Belajar Murid atau Readiness

Kesiapan belajar mengharuskan guru untuk menilai pengetahuan awal dan menentukan apa yang telah murid ketahui dan di mana murid berada.

2.  Minat Murid

Minat setiap anak pasti berbeda-beda, minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

3.  Profil Belajar Murid

   Profil belajar murid berkaitan dengan lingkungan, budaya, gaya belajar, dan kecerdasan majemuk yang berbeda antara satu anak dengan yang lainnya.

Kebutuhan belajar murid dapat diidentifikasi berdasarkan cara-cara berikut ini:

1.      Mengamati perilaku murid-murid

2.      Mengidentifikasi pengetahuan awal

3.      Mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran

4.      Berbicara dengan guru murid sebelumnya

5.      Membaca raport murid di kelas sebelumnya

6.      Menggunakan berbagai penilaian formatif dan diagnostik


3. Lingkungan belajar yang mengundang untuk belajar

Bagaimana cara menciptakan lingkungan belajar itu? dengan melakukan diferensiasi pada strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Namun ketika merencanakan bukan berarti ketiga-tiganya harus dilakukan bersama-sama, bisa melakukan salah satu atau juga ketiganya yang penting tujuan pembelajaran tercapai.

Pertimbangan utamanya haruslah tentang sejauh mana diferensiasi yang kita pilih tersebut dapat memenuhi kebutuhan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan bukan sekedar memuaskan ceklis penerapan atas ketiganya.


Strategi untuk mendiferensiasi pembelajaran bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1.     Diferensiasi konten

Berkaitan dengan apa yang kita ajarkan seperti materi konsep atau keterampilan yang perlu dipelajari berdasarkan kurikulum. mendiferensiasi konten bisa dilakukan dengan membedakan pengorganisasian atau format penyampaiannya, bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum.

2.     Diferensiasi proses

Diferensiasi proses berupa kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten dengan cara membedakan proses yang harus dijalani oleh murid.

3.  Diferensiasi produk diferensiasi produk berupa bukti yang menunjukkan, apa yang murid telah pahami dengan cara membedakan atau memodifikasi produk sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan dan pengembangan apa yang telah dipelajari.


4. Manajemen kelas efektif

Prosedur efektifitas bisa fleksibel namun strukturnya harus jelas sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan dengan efektif. Contoh dengan kegiatan menonton video harus ada panduan-panduan kegiatan yang harus dilakukan oleh murid.


5. Penilaian Berkelanjutan

Penilaian harus relevan dengan tujuan pembelajaran dan memegang peranan yang sangat penting karena penilaian dilakukan sepanjang proses pembelajaran karena menentukan efektif atau tidaknya pembelajaran.


Praktik pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada penilaian. Penilaian formatif memungkinkan guru untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Oleh karena itu, mereka dapat membuat keputusan terbaik demi menantang murid dengan tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran.


Memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi memiliki keterkaitan  dengan filosofi Ki hadjar dewantara yang menyatakan "serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik. Bedanya, guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."


Untuk dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi maka guru harus berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak sesuai dengan kodrat alam dan juga kodrat zaman berdasarkan filosofi Ki Hadjar Dewantara dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Seorang guru penggerak harus berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif dan juga inovatif untuk dapat menciptakan pembelajaran pembelajaran berdiferensiasi agar dapat memenuhi kebutuhan murid. Dengan demikian seorang guru penggerak dapat mewujudkan kepemimpinan murid dengan menuntun murid merdeka belajar. Hal ini sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak. Selanjutnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menjadi salah satu strategi untuk mewujudkan visi guru penggerak yang berpihak pada murid.  dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi antara guru dan murid harus ada kesepakatan kelas terlebih dahulu agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan nilai-nilai budaya positif. 

Materi modul 2.1 memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dapat diperoleh di sini.


Selasa, 07 Februari 2023

LAPORAN PENDAMPINGAN INDIVIDU KE-2 HASIL DISKUSI DAN REFLEKSI VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN SDN 1 TEMULUS

LAPORAN PENDAMPINGAN INDIVIDU KE-2 HASIL DISKUSI DAN REFLEKSI VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN SDN 1 TEMULUS

  


KEGIATAN DISKUSI DAN HASIL RESUME

 

A.     Pembukaan

Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Februari 2023 di ruang kelas 4 SDN 1 Temulus Kec. Randublatung dan dimulai pukul 09.00 – 11.00 WIB kemudian dibuka oleh Pengajar Praktik yaitu Bapak Eko Riyanto, S.Pd., M.Pd. Beliau membuka kegiatan diskusi sekaligus mohon ijin dalam pendampingan individu ke-2 calon guru penggerak kepada Bapak Kepala Sekolah dan Ibu/Bapak Guru di SDN 1 Temulus.

 

B.     Penyampaian diskusi oleh CGP  

Dipandu oleh Retno Nursyamsu, S.Pd. sebagai CGP Angkatan 7 dari SDN 1 Temulus Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Penyampaian diskusi ini bertujuan untuk mendiskusikan cita-cita/visi warga sekolah terhadap murid di masa yang akan datang.

 

C.    Kegiatan Diskusi

1. CGP membuka diskusi dan menyampaikan agenda kegiatan diskusi 





 2. CGP membuka diskusi dengan tujuan diskusi dilanjutkan dengan ice breaking dan menampilkan video bernard yang berjudul “Ice Climbing”. Kemudian peserta diskusi memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang diperoleh dari video tersebut

 

 

3.   CGP mengajak peserta diskusi untuk merumuskan kalimat rumpang cita-cita untuk murid dengan melihat visi SDN 1 Temulus

Peserta diskusi menuliskannya di sticky note dan ditempelkan pada papan tulis murid impian di masa depan dengan meneruskan kalimat rumpang. Ibu/Bapak guru menyampaikan satu persatu kalimat rumpang cita-cita untuk murid yang akan menjadi dasar dalam menyusun visi bersama.

 

4.  CGP mengajak peserta diskusi untuk menyimpulkan visi SDN 1 Temulus apakah sudah sesuai dengan cita-cita murid.

 


                  Hasil diskusi:

Visi di SDN 1 Temulus adalah:

Mewujudkan warga sekolah yang berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa.

Berdasarkan hasil diskusi bahwa visi sekolah kami masih ada beberapa yang perlu disempurnakan dengan tujuan pendidikan yang berpihak pada murid dan sesuai dengan cita-cita murid yang diharapkan oleh Ibu/Bapak Guru.

Visi CGP adalah:

Cerdas berkarakter Pancasila dan berkompetensi global.

 

5.     CGP mengajak peserta diskusi untuk mengidentifikasi prilaku yang mencerminkan visi SDN 1 Temulus apakah sudah selaras dengan cita-cita untuk murid dan sesuai dengan profil pelajar pancasila?







 Hasil diskusi :

            A.   VISI

Terwujudnya warga sekolah berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa memiliki produktivitas menuju profil pelajar Pancasila

6.       CGP mengajak diskusi mengenai inisiatif perubahan yang dapat dilakukan di sekolah.




Hasil diskusi:

Ada beberapa inisiatif perubahan, kolaborasi, bentuk kegiatan dan langkah kongkret yang akan mendorong perkembangan diri murid dari segala potensi yang dimiliki:


CGP memaparkan prakarsa Perubahan kepada peserta diskusi

“Mengembangkan keterampilan membaca yang dapat meningkatkan budaya literasi dan numerasi anak.”

A.    Prakarsa Perubahan

“Mengembangkan keterampilan peserta didik melalui potensi yang dapat meningkatkan disiplin positif sehingga lebih bertanggung jawab.”

 

7.      CGP merefleksi dan menyimpulkan hasil diskusi visi dan prakarsa perubahan SDN 1 Temulus




Kesimpulan:

A.    Visi:

Terwujudnya warga sekolah berprestasi, bermoral, beriman dan bertaqwa memiliki produktivitas menuju profil pelajar Pancasila.”

B.     Prakarsa Perubahan:

“Mengembangkan keterampilan peserta didik melalui potensi yang dapat meningkatkan disiplin positif sehingga lebih bertanggung jawab.”

 

 

D.  Penutup

Pengajar Praktik memberikan refleksi dan penguatan terhadap proses diskusi bahwa CGP telah belajar membuat visinya sebagai pendidik dan harapannya sebagai dasar untuk mengembangkan visi sekolah yang berpihak kepada murid dan diskusi ini merupakan bagian dari proses belajar CGP untuk memfasilitasi visi atau cita-cita SDN 1 Temulus untuk murid Bersama rekan sejawat dan kepala sekolah, kemudian pengajar praktik menutup diskusi.



LAMPIRAN DOKUMENTASI PENDAMPINGAN INDIVIDU-2

 

Pembukaan dan orientasi pendampingan


Diskusi visi dan prakarsa perubahan sekolah







Foto Bersama


Rabu, 01 Februari 2023

AKSI NYATA CGP ANGKATAN 7 DALAM PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SDN 1 TEMULUS

AKSI NYATA CGP ANGKATAN 7 DALAM PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SDN 1 TEMULUS

RETNO NURSYAMSU, S.Pd. 

CGP ANGKATAN 7 KAB. BLORA


Pengalaman selama mengikuti pendidikan guru penggerak angkatan 7 telah berlangsung selama 3 bulan. Saatnya melakukan aksi nyata di modul 1.4 budaya positif yaitu melalui sesi berbagi diseminasi pemahaman dan pengalaman dalam penerapan budaya positif di kelas, khususnya di SDN 1 Temulus kecamatan Randublatung. Dalam pelaksanaan aksi nyata budaya positif, ada hal-hal yang perlu saya lakukan yaitu membuat rancangan aksi nyata agar pelaksanaannya menjadi terstruktur, mudah dan terencana.

Rancangan Tindakan Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd.

Tahapan membuat rancangan aksi nyata ini dibuat pada saat koneksi antar materi dan selanjutnya berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait penerapan budaya positif. Hasil dari koordinasinya adalah membuat sesi berbagi dengan webinar group kelas belajar yang terdiri dari ibu/bapak guru dari berbagai sekolah dasar kecamatan Randublatung. Keinginan penerapan ini bertujuan untuk memberikan wawasan mengenai pendidikan guru penggerak bagi sekolah lain dan mengenalkan budaya positif di SDN 1 Temulus sehingga sekolah yang belum menerapkannya, untuk segera membentuk keyakinan kelas.

Koordinasi dengan kepala sekolah 


1. Latar Belakang

Perkembangan zaman dari waktu ke waktu akan mengubah perilaku dan karakter seorang murid. Maka dari itu pentingnya pendidikan karakter sejak dini dengan membangun budaya positif di lingkungan kelas maupun di sekolah. Beberapa perilaku yang sering muncul dan menjadi keresahan warga sekolah adalah kurangnya kepedulian menjaga kebersihan kelas dan sekolah. Itu yang mendasari pembiasaan buruk dan rendahnya pendidikan moral yang harus segera ditanggulangi dengan pembiasaan budaya positif di sekolah. Kita perlu melakukan suatu tindakan untuk mengembangkan budaya moral positif di sekolah agar murid memiliki kesadaran akan moral, memiliki rasa empati dan kepedulian lingkungan sehingga memicu para siswa untuk terus berprestasi. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kegiatan belajar-mengajar dan memahami pelajaran saja, namun lingkungan kelas yang nyaman, bersih dan indah dapat mendukung tumbuh kembang kecerdasan anak secara optimal. Anak-anak menjadi lebih sehat jasmani dan rohani sehingga dapat berpikir jernih. Dan untuk kedepannya akan menjadi anak yang cerdas dan berkualitas. 

2. Tujuan

• Mengembangkan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah
• Membangun kepedulian lingkungan dengan menjaga kebersihan kelas dan sekolah
• Memotivasi murid akan pentingnya karakter positif
• Menguatkan peran guru dalam menanggulangi sampah dan menciptakan pembiasaan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah 

3. Tolok Ukur

• Murid memiliki karakter pembiasaan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah
• Mengutamakan kebersihan kelas untuk kenyamanan pembelajaran
• Murid memiliki rasa kepedulian menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya
• Peranan pendidik dan tenaga kependidikan dalam menanggulangi gejolak kemalasan menjaga lingkungan kelas dan sekolah 

4. Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

• Merancang strategi/tindakan yang akan dilakukan untuk mengembangkan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah
• Berkomunikasi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat mengenai budaya positif yang akan dikembangkan
• Melakukan kolaborasi yang baik dalam ekosistem sekolah, orang tua dan masyarakat
• Menyusun keyakinan kelas dan sekolah dengan kesepakatan bersama
• Melaksanakan aksi secara bertahap
• Membuat dokumentasi, menyusun laporan dan publikasi aksi nyata penerapan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah
• Refleksi kegiatan yang telah dan belum dilakukan 

5. Dukungan yang dibutuhkan

• Dukungan dari kepala sekolah
• Kerjasama dengan rekan guru dan penjaga sekolah
• Komunikasi dan interaksi yang baik dengan murid dan orang tua/wali murid

6. Penerapan Budaya Positif di lingkungan SDN 1 Temulus

Penerapan budaya positif di lingkungan SDN 1 Temulus menghasilkan beberapa penerapan 7 konsep budaya positif diantaranya:

1. Perubahan Paradigma Belajar

Sebagai seorang guru harus memahami keanekaragaman murid-murid dikelasnya karena perilaku anak  berbeda-beda dan aktifitas mereka pasti memiliki tujuan. Kita perlu berkomunikasi dengan menanyakan sesuatu kepada murid, apabila ada seorang murid yang berbuat kesalahan. Kita bisa memberikan perubahan cara belajar yang asik dengan pembelajaran berdiferensiasi sesuai kebutuhan murid dengan kodratnya anak-anak.


Game base learning dengan quizizz for education

Pingpong challenge pada pembelajaran IPAS

2. Disiplin Positif

Cara mendisiplinkan murid yang tanpa tekanan, tanpa paksaan, tanpa kekerasan yaitu dengan memunculkan kesadaran dalam diri pribadi murid untuk bertanggung jawab atas segala masalah yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri. Anak dapat dituntun untuk menjadi pemikir, untuk menjadi pemecah masalah, untuk berpikir kritis mencari solusi dari setiap permasalahan yang diperbuat. Penanaman disiplin positif yang diterapkan di lingkungan SDN 1 Temulus adalah dengan pembiasaan asmaul husna, pembiasaan 5 S, menanyikan lagu profil pelajar pancasila, pembuatan pupuk kompos, jumat bersih dan sehat.

Pembiasaan Asmaul Husna

Pembiasaan 5 S dan numerasi suit game


Pembiasaan 5 S dengan menunjukkan perasaan pada tembok ekspresi

Menyanyikan lagu Profil Pelajar Pancasila dengan gerakan

Kegiatan jumat bersih dan sehat dengan kegiatan penghijauan


3. Motivasi Perilaku Manusia

Teori perilaku manusia terbagi menjadi 3 yaitu untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan imbalan dari orang lain dan untuk menghargai diri sendiri. Pemberian penghargaan kepada murid akan menjadikan mereka tidak efektif, mengurangi ketepatan, merusak hubungan, menurunkan kualitas, mematikan kreativitas dan mengurangi motivasi intrinsik. lalu bagaimana penerapan disiplin dengan identitas sukses? Bukan hukuman tapi berupa konsekuensi.

Pemberian hadiah  lomba 17 Agustus


Pemberian penghargaan quizizz

Dalam penerapan disiplin positif, nilai-nilai kebajikan, hukuman, konsekuensi dan restitusi menjadikan saya selalu berusaha membangun motivasi intrinsik murid dengan memberikan pemahaman dan contoh tindakan yang positif. Selalu berusaha memilih opsi restitusi jika anak berperilaku negatif dan berkolaborasi dengan teman sejawat dalam menerapkan budaya positif di sekolah.

4. Keyakinan Kelas

Dasar dalam pembentukan keyakinan kelas adalah dibuat dalam bentuk positif, berupa pernyataan universal, tidak terlalu banyak maksimal 5 keyakinan saja dan semua warga kelas harus ikut berkontribusi. Untuk mengetahui lebih banyak mengenai pembentukan keyakinan kelas, di bawah ini saya lampirkan prosedur pembentukan keyakinan kelas di SDN 1 Temulus.

Prosedur pembentukan keyakinan kelas yang sudah saya lakukan di kelas IV adalah sebagai berikut:

1. 

Curah pendapat bersama anggota kelas

Mencatat masukkan

Mengubah kalimat negatif menjadi positif

Meninjau kembali

Meminta warga kelas menandatangani


Tempel di tembok

Keyakinan kelas di tempel dekat pintu kelas dan emoticon ekspresi


Keyakinan kelas yang sudah diperbaruhi

Setelah melakukan keyakinan kelas anak-anak lebih antusias dan bersemangat, memiliki kesadaran diri untuk bertanggung jawab jika tindakannya tidak sesuai dengan keyakinan kelas yang sudah disepakati bersama. Anak yang tidak masuk saat curah pendapat tidak bisa menyalurkan gagasannya. Tindak lanjut yang perlu dilakukan yaitu dengan mengevaluasi keyakinan kelas secara berkala dan memperbaruhinya jika ada yang tidak sesuai. Menyebarkan angket melalui g-form untuk mengantisipasi siswa yang tidak masuk sekolah sehingga semua anak bisa menyatakan pendapatnya.

5. Kebutuhan Dasar Manusia

Terdapat 5 kebutuhan dasar manusia yaitu: bertahan hidup (survival), kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima (Love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan  penguasaan (power)

Love & belonging dalam menuntun anak untuk mengecat galon dalam upaya mengurangi sampah

6. Posisi Kontrol Restitusi

Dalam posisi kontrol restitusi terdapat 5 posisi seorang guru dalam menindaklanjuti kesalahan murid yaitu: posisi penghukum, membuat orang merasa bersalah, teman, pemaantau, posisi manajer. Posisi manajer adalah posisi yang diharapkan guru untuk menggunakannya karena bertujuan untuk membangkitkan motivasi intrinsik seorang anak. Anak-anak akan belajar menghargai dirinya sendiri sehingga meskipun kita tidak ada, meskipun tidak ada hukuman maupun penghargaan, anak tersebut akan tetap melaksanakan apa yang sudah diyakininya.

Saya selalu berusaha untuk memahami persoalan terlebih dahulu dan tidak menghukum anak jika melakukan kesalahan. Jika ada siswa-siswi kita yang melakukan kesalahan maka tidak perlu langsung dihukum tapi kita cari tahu dahulu penyebabnya. Dengan mencari tahu penyebabnya dan coba menggali kebutuhan dasar apa yang tidak dapat terpenuhi oleh anak tersebut untuk melakukan hal negatif. Dengan begitu kita akan dapat mencari solusi yang tepat.

7. Segitiga Restitusi

Tahapan untuk memudahkan guru melakukan restitusi dinamakan segitiga restitusi. Dimana ada 3 tahap, diantaranya: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Penerapan segitiga restitusi ini akan menjadikan anak lebih percaya diri. Mereka akan mengatakan yang sesungguhnya bahwa membolos karena suatu alasan yaitu ada hafalan agama yang sangat sulit untuk dihafalkan. Kemudian mereka mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. 

Jadi kebiasaan masyarakat Indonesia, apabila terdapat orang yang melakukan kesalahan, kalau sudah meminta maaf kemudian masalah tersebut dibiarkan berlalu tanpa ada sesuatu yang bisa menggantikan kesalahannya tadi. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang mengulangi kesalahannya kembali. Ketika kita memintanya untuk bertanggung jawab dan itu berasal dari dirinya sendiri maka akan terbangun motivasi intrinsik dari dirinya.


7. Persiapan Aksi Nyata Sesi Berbagi

Setelah melaksanakan penerapan budaya poitif di lingkungan SDN 1 Temulus Kecamatan Randublatung selanjutnya membuat materi webinar pada canva untuk dipresentasikan. Materi webinar budaya positif CGP Angkatan 7 bisa diunduh di sini.

Proses pembuatan materi sudah siap dan saatnya membuat undangan atau flyer webinar dan menyebarkan undangan di group kelas belajar yang berisi ibu/bapak guru SD di kecamatan Randublatung.

Flyer diseminasi budaya positif

Undangan diseminasi budaya positif

Background virtual webinar budaya positif

8. Pelaksanaan Aksi Nyata Sesi Berbagi Diseminasi Budaya Positif

Webinar diseminasi budaya positif bisa di simak melalui channel youtube Retno Nursyamsu.



Adapun foto-foto dokumentasi dalam diseminasi budaya positif melalui webinar adalah sebagai berikut:






Daftar hadir dan refleksi diseminasi budaya positif yang sudah dilakukan bisa diunduh di sini. Dan berikut ini adalah bukti karya aksi nyata pada platform merdeka mengajar, ibu/bapak guru dapat mengunjunginya dan memberikan umpan balik.




9. Refleksi Aksi Nyata Budaya Positif

  • Pelaksanaan diseminasi (penyebaran pemahaman) kepada rekan guru dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2023 di ruang meeting virtual diseminasi komunitas KeJar (kelas belajar) terdapat 17 guru yang menyaksikan webinar ini.
  • Pembuatan keyakinan kelas dengan murid kelas 4 dilakukan pada kegiatan piket pagi bersama murid waktu liburan semester 1 yaitu pada tanggal 28 Desember 2022. Murid-murid sangat antusias dalam membentuk keyakinan kelas
  • Perasaan saya selama melaksanakan aksi nyata ini sangat bersemangat dalam melakukan perubahan terutama menerapkan konsep-konsep inti budaya positif di lingkungan SDN 1 Temulus
10. Rencana Perbaikan
  • Selalu melakukan evaluasi secara berkala
  • Selalu meningkatkan koordinasi dengan warga sekolah
  • Selalu menganalisis kebermanfaatan hasil diseminasi tersebut terhadap murid dan lingkungan belajar
  • Terus meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai budaya positif di sekolah

Blog kami

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Partner

Rumah Belajar
TV Edukasi
Suara Edukasi
Radio Edukasi

Kontak saya

Hubungi saya

Ingin berkonsultasi mengenai kelas belajar yang tepat, silahkan hubungi saya di alamat dan no WA berikut

Alamat:

Jl. Perguruan No. 25A Randublatung Blora Jawa Tengah

Bimbel LasLar:

Senin - Kamis Pukul. 13.00 - 14.30

WhatsApp:

082226995498

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 Oleh: Retno Nursyamsu, S.Pd. “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berha...

Pengikut

Pengikut

/* script Youtube Responsive */